Joeker

Welcome to my world

Rabu, 28 Mei 2014

Chesy & Naela

Iyaaa, kalian pasti bingung kenapa gue ksih judul itu, let me explain why I am using the topic. :)

Cholifatus sa'diyah (Chesy) & Naela Syarifa Hidayah (Naela) teman gue waktu masih di kelas XI di Aliyah dulu, bisa di bilang akrab banget lah gue dengan mereka dua itu. Hampir setiap hari kalo di kelas gue habisin waktu gue dengan mereka.
Di sini gue cuman mau ngepost hasil karya mereka yang belum pernah terposting di manapun, sebuah cerita tentang anak Madrasah Aliyah HAsyim Asyari, Mungkin agak panjang ceritanya, tp I will try to post all. semoga kalian enjoy dengan hasil karya kedua teman akrab gue,  Check It Out :




 Chesy's & Naela's Storie



 Dia adalah seorang pembuat onar di sekolah. Tak ada seorangpun yang berani menentang apa maunya. Bila ada yang berani macam-macam, sudah di habisin olehnya. Ia juga seorang yang sering bolos, blurut dan sering keluar kelas dengan pelajaran yang tidak di sukai atau jika tidak mood belajar.

Waktu itu, “Edo kemana?” Tanya pak Hasan di saat mengabsen muridnya (Kelas). Semua anak menundukkan pandanganya tak ada satupun yang menjawab pertanyaan itu dan suasana menjadi hening, 15 detik kemudian ada seorang anak yang berani angkat bicara dia adalah ketua kelas yaitu munib. “Dia Blurut pak, sejak habis istirahat tadi” katanya kemudian.

Karena aduan atau kejujuran dari teman sekelasnya itu, dia mendapatkan hukuman dari guru mata pelajaran tesebut. Betapa marahnya dia, ia marah membanting kursi di kelasnya dan mencari tahu siapa yang berani mengadukannya, begitu dia mengetahui siapa orangnya, tak ada kata maaf lagi, orang itu di ludahin mukanya, di pukulin dia. Sadis sekali.! Bukan hanya itu, dia juga sering nongkrong di tangga untuk gangguin temannya yang mau lewat.

Siang itu dia dan genx beraksi. Ada seorang anak yang cukur gundul . Dia dan teman-temannya mendatanginya sambil memegang spidol. Lalu memaksa anak itu untuk mau di coret kepalanya. Bagaimana mungkin menolak rajanya reseh disekolah.
‘’hai…..! teman-teman !!! Dengerin ……!! ‘’ Teriaknya . Apa bila coretan ini sampai di hapus , maka semuanya harus memukulinya’’. Anak itu coba menghapusnya dan semua anak memukulinya. Anak itu benar-benar hanya bisa  pasrah dengan menahan perih dan malu namun tidak dapat berbuat apa-apa lagi.
Itulah sesosok Edo dan  masih banyak hal yang dilakukannya bersama teman-temannya in the genxnya.

Hingga kenaikan kelas X1. Ada seorang cewek yang membuat hatinya bergetar. Cewek yang membuatnya penasaran setengah mati. Cewek yang anggun dan cuek.
Suatu ketika ia menyapa cewek itu . Namun,ia dicuekin. Ia merasa terhina dan memukul salah satu kepala temannya yang paling dekat dengan posisinya untuk melampiaskan kemarahannya. Dan temannya, hanya dapat pasrah dengan kemarahannya. Semenjak itu, dia menjadi semakin penasaran  dan  ingin sekali dekat dengan cewek itu. Walau hanya menjadi sahabat.

Dengan tekad bulatnya, ia mendatangi kelasnya. Mencari  informasi dari teman cewek itu. Beritanya dan terus mengorek beritanya, tentang seseorang  yang anggun, pintar, cantik, baik hati, dan rupawan.
‘’Alyana itu tidak suka dan bahkan benci yang namanya orang nakal.paling elergi deket-deket orang nakal. ‘’ kata Ifa.

Kata-kata itu selalu terngiang di otak dan telinga yang membuatnya pekik, kemudian ia medapatkan nomer HPnya dari temannya itu. Ia mecoba memulai berkenalan lewat alat komunikasi (HP), namun no result tak begitu di gubris.

Sembari edo mengurangi aktifitas kenakalannya, karena ia ingin mendapatkan simpati dan perhatian dari alyana, namun, apa yang dilakukannya sama sekali tidak membuat alyana simpati dan edo segera mendatangi teman sekelas alyana  kembali, ia menceritakan kegagalannya.

“Emm… mendingan kamu coba deketin Doni dech, dia teman alyana waktu di MTS dulu. Kelihatannya mereka lumayan akrab dengannya”.
Edo mulai kebingungan karena dia sama sekali tidak mengenal Doni, bagaimana dia bisa mendekatinya? Ia memutar otak beberapa saat.
“Kira-kira apa yang di sukai Doni?” Tanya edo kemudian.
“Aku tidak tahu persis sich, tapi dia ikut ekstrakurikuler volley disekolah”.

Mendengar ucapan kali ini dari ifa ia bernafas sedikit lega,karena kebetulan ia sangat menyukai volley. Dengan sedikit agak terpaksa ia mengikuti ekstrakurikuler volley di sekolah MA      jepara hanya untuk lebih dekat dengan Doni dan mengenalnya. Malah karena kelihaiannya bermain volly, ia menjadi andalan di sekolah dan naik pamor. Namun, ia tak peduli dengan semua itu, yang ada di fikirinnya adalah bagaimana caranya kenal Doni dan semoga mendapatkan informasi mengenai alyana.

Dua minggu telah berlalu, dia berhasil mengenal Doni bahkan akrab. Dari Doni, dia sudah sedikit mengenal sosok alyana, dan ia pun sedikit demi sedikit mengurangi kenakalannya. Megurangi blurud, mukul temannya dan mencoba  ikut pelajaran seluruhnya walau kadang masih beleng.
Suatu pagi berangkat sekolah, edo sengaja menunggu kedatangan alyana di dekat tangga lantai pertama. Begitu alyana lewat, dia membarengi langkahnya sambil menyapa menggoda. Sampai habis tangga lantai 3,
“Ngapain sich kamu!” kesel alyana mendorong menjauh dari sisihnya.

Walaupun begitu, edo amat sangat senang banget menerima perlakuan dari alyana, pokoknya tidak dapat di ungkapkan dengan kata-kata, karena itu adalah pertama kalinya alyana memegangnya sehingga menimbulkan sebuah  kesemangatan untuk terus ingin mendekatinya.
Bahkan, sejak kejadian itu, kalau alyana berjalan keluar, edo memberi jalan layaknya putri raja, memberi jalan selebar-lebarnya, mengusap tangga yang akan di injak/dilewati alyana dan jikalau ada anak yang duduk tidak sopan langsung di tegur edo untuk menghormati datangnya atau lewatnya alyana.

Suatu saat, alyana dan teman-temannya mendapatkan hukuman dari gurunya karena tidak sengaja melanggar peraturan. Tiba-tiba datang edo sebagai pahlawan kesiangan.
“Hei, maintain tanda tangan sich…” minta alyana. Dengan segera, edo memintakan tanda tangan untuk alyana. Giliran alyana masuk kelas edo untuk meminta tanda tangan . . .  “Wah…. Cantik-cantik kok bisa nakal juga ya.” Sindir edo.
Dan hari demi hari terus beputar, pendekatan itu belum berakhir . edo mencoba untuk meminjam buku catatan kepada alyana dan alyana pun meminjaminya.
“katanya kamu benci sama aku”
“kalau ada teman yang membutuhkan kenapa tidak di bantu” kata alyana.
“oh, berarti aku udah jadi teman kamu donk” celetuk edo.
Alyana tak menjawab, dia langsung berpaling langsung pergi dan betapa senangnya dapat 

mendengar dan ngobrol dengan alyana walau sekejap,rasanya telah menyejukkan kerongkongan hatinya.
Istirahat itu, edo mendatangi kelas alyana sambil CPCP (curi pandang curi perhatian).
“Ih,,, teman kamu, udah besar kok kayak anak kecil sich, suka pakai kaos kotak-kotak kayak SPONGEBOB” sindir edo.
“Kamu di katain spongebob tu Al” adu ifa.
“Aku spongebob, dia petrix!” ceplos alyana dengan gaya cueknya.

Semenjak itu, merekapun memanggil dengan julukan masing-masing, bahkan tak jarang edo masuk kelas alyana untuk menggambar spongebob di papan tulis, begitu edo keluar alyana menghapus gambar itu, awalnya emang di biarin, lama kelamaan dia turut menghapus di kala edo keluar kelas. Begitu masuk kelas, edo dalam keadaan di depan papan tulis atau di depan gambar yang telah terhapus. Ia menggambar kembali, karena alyana kehabisan kesabaran, setiap edo mulai menorehkan tinta langsung di hapus alyana, karena kelamaan seperti itu akhirnya alyana pasrah, membiarkan edo mengusilin dia dan edo pun ikut emosi.
“Kenapa sich al, kamu masih tidak mau berteman denganku! Aku sudah berusaha mengurangi dikit demi sedikit sifat buruk ku selama ini, kurang apa?”
“Aku sudah bilangkan? Dan kamu sudah tahu, kalau aku tidak suka sama anak nakal“ ketus alyana dan berlalu meninggalkan edo.

Di saat edo sedang enak-enak duduk di kantin, datang khusen mantan kekasih alyana.
“Hay bro” sapa husen.
“Hai”
“Em,,, aku tidak mau berbelit-belit, langsung saja aku mau ngomong sama kamu, aku lihat akhir-akhir ini kamu sering gangguin alyana, aku mohon, kamu jauhin alyana, dia itu cewek baik-baik aku tidak akan rela jika kamu merusaknya” kata husen to the point.
“kamu tenang saja, aku tidak akan merusaknya apalagi menyakitinya. OK” santai edo.

Perjuangan edo tak akan berhenti hanya gertakan seorang khusen dan kecuekkan alyana.
Tak semu, edo menggambar spongebob di kelas alyana, ia menggambar sampai papan tulis itu penuh, lalu ia mendekati alyana,
“Gambar, itu . . . kamu. Besar banget”. Ejek/goda edo.
“kurang besar” ucap alyana.
“Oh my God! Perlukah aku menggambar sebesar lapangan basket?” emosi edo.
“ya, kalau perlu, coba aja” jutek alyana.

Edo menanggapi apa yang apa yang di omongkan oleh alyana. Dengan tekad bulatnya, sore itu, mereka (Edo dan 3 temannya Rian, Aris dan Doni) mendatangi sekolahan dengan memohon kepada penjaga sekolah untuk di izinkan masuk dan mereka diberi dua jam untuk melakukan aktivitasnya itu. Lalu  ia mulai mengerjakan dengan semangat, kekompakan akhirnya jadi setengah badan, mereka mencoba mengecek hasil gambarannya itu sudah pas atau belum. Edo dan salah satu temannya berlari dari lantai 1 ke lantai 3 untuk melihatnya. Begitu di lihat masih kelihatan ada bagian yang kurang tegak dan pas, mereka turun dan memperbaikinya, hingga akhirnya mendekati sempurna. Mereka melihat dari lantai 3 lagi. Lalu penjaga sekolah telah memberikan peringatan untuk segera menyudahi karena gerbang akan di tutup. Lalu mereka segera menyudahi, walau capek, letih, lemas tak di hiraukan mereka.

Karena kebetulan lapangan basket Madrasah Aliyah di antara kelas-kelas atau ruangan-ruangan kelas, pagi itu, hampir semua siswanya lari ke blangkon untuk menatap satu pandangan yaitu pada sebuah gambar spongebob raksasa di tengah-tengah lapangan basket. Diantara ketakjubpan teman-teman yang sibuk saling berdesakan untuk melihat gambar itu, edo mendatangi alyana,
“Bagaimana, kurang besar lagi?” bisik edo kepada alyana.
“Kenapa, kurang” alyana terhenti.
“Masihkah aku tidak boleh berteman denganmu?” Tanya edo penuh harap, alyana terdiam.
“sudah Al, apa salahnya sich kamu menerima dia jadi teman, dia kan sudah menunjukkan keseriusannya” bujuk ifa.

Dan dari kejadian itu, mereka agak dekat. Alyana sedikit membuka waktunya untuk berteman dengan edo. Bahkan tak jarang sering mengisi waktu belajar bareng. Alyana juga sering mengingatkan edo, bahwa dia tidak boleh lagi bergaul dengan teman-teman yang mengajaknya bikin onar (Nakal), tidak blurut, meninggalkan pelajaran sekolah apalagi sampai bolos.
“kamu boleh kok tidak belajar, namun setidaknya dari beberapa mata pelajaran di Madrasah Aliyah   ini harus ada satu yang kamu kuasai” nasehat alyana.

Edo benar-benar semangat berangkat sekolah, bahkan saat matahari mulai tenggelam ia tak sabar menanti sang pagi datang kembali. Dan sedikit demi sedikitpun timbul rasa giat belajar, bahkan ia lebih berhati-hati untuk melakukan sesuatu karena takutnya alyana akan benci dan menjauh kepadanya. Intinya, ia akan melakukan apa saja untuk membuat alyana bahagia.
Jam kosong waktu itu . . .
“Kita cabut yox do” ajak Zaky.
“ah, lagi males nich” kata edo.
“Kamu sekarang gak seru coy” kata dzofar.
“Cuma gara-gara tu cewek ! kamu lupa sama kenakalan kita lagi” sahut Zaky.
“Emang apa sich keistemewaan tu cewek” Geram dzofar.
‘’Santai brow,,,  Ada saatnya kita beling namun kali ini aku bener-bener males” tenang Edo.
‘’Bener nich, enggak mau? Kamu tidak mau ikut turnamen vollly? Hari ini kan ada melawan desa seberang.’’ Coba bujuk zaky.
Edo berfikir sejenak ….. kedua temannya menunggu dengan penuh harap.
‘’…oh kayaknya aku harus…’’ ketika berhenti  temannya semakin penasaran.
’’ Harus tetap disekolah dech brow.’’ Katanya dan merangkul  pundak kedua temannya itu. Dengan penuh kecewa akhirnya kedua temannya pergi sendiri tanpa Edo. Dan semua gara-gara cewex!

Malam itu, Edo menghubungi alyana. Karena rasa kangen dan ingin mendengarkan suaranya.
‘’Hallo. Lagi ngapain?’’
‘’ya, biasalah petrix,,,,, belajar sana lho biar pinter dikit.’’ Kata Alyana dengan nada bercanda dalam penuh arti kebaikan.
‘’Ya…. Hehehe’’ ketawa kecil Edo. Lalu Edo dibiarkan Alyana.
Alyana menghafalkan AQOID 50 untuk persiapan pelajaran besok pagi.
‘’Kamu sedang hafalan?’’ Tanya Edo
‘’iya.. kamu udah hafal? Mau aku semak?’’ kata Alyana.
Edo bingung setengah mati. Dia sama sekali tidak hafal bahkan buka pun tidak pernah.
Namun, karena dia tidak mau malu dengan Alyana. Pura-pura ia menghafal  padahal kenyataannya  dia membaca tulisan Aqoid 50 dibukunya. Begitu sampai dipertengahan, dia pura-pura lupa dan tidak hafal lagi. Dan setelah itu pembicaraan merekapun disudahi  karena Alyana ingin konsen belajar dan Edo ngertiin itu.

Siang itu, Alyana terlihat murung. Serasa memikirkan masalah yang berat . Wajah yang biasanya berseri, terlihat murung hari ini. Edo mendatanginya dan bertanya kepadanya.
‘’spongebob! Nglamunin petrix  ya..’’ sapanya sembari bercanda.
‘’Petrix!  Ngagetin aja dech…..’’ kata Alyana.
‘’Spongebob ada masalah?’’ Tanya Edo.
‘’Em … iya. Entar habis istirahatkan pelajaran MTK Bab Limit aku benar-benar gak paham.’’ Bingung Alyana.
‘’ Oh…. Itu tho! Enggak usah bingung. Kan ada petrix. Bagian mana? Coba dech kasih sini bukunya.’’ Kata Edo  dan mengajari Alyana dengan jelas-jelasnya.

Alyana benar-benar cewek yang dapat merubah dan menaklukan keegoisan,kekerasan Edo. Membuatnya lebih baik dan baik. Perlahan terus hari demi hari, Edo semakin menjinak.Tak terdengar lagi Edo si raja pembuat onar dan preman sekolah. Disaat-saat itu, tiba-tiba … terdengar berita bahwa Alyana akan pindah sekolah ke Banjaragung MA Matholiul Ulum. Edo mendengar  gosip tak jelas itu syok, namun tak begitu menggubrisnya.

Pagi ini, saat betapa semangatnya Edo berangkat sekolah dan sampai kelas. Ada salah satu temannya yang sedang memberi tahu temannya  yang lain bahwa Alyana hari ini adalah hari terakhirnya   berangkat sekolah. Betapa kagetnya saat Edo mendengarnya. Hatinya berdetak, kesemangatannnya  sedikit memudar.
‘’Ah…! Paling juga cuman gosip!’’ buang jauh perkataan temannya itu dikepala Edo.
Begitu pulang sekolah, Edo menunggu  kedatangan Alyana  yang akan melewati depan kelasnya. Edo menunggu dipintu kelas. Begitu beberapa menit  kemudian Alyana muncul dengan wajah kusut,seakan menyimpan banyak misteri namun tertutup oleh senyuman manisnya. Entah kenapa hati Edo pun berdetak kencang melihat langkah Alyna  yang semakin mendekat. Tak seperti biasanya, ALyana mendekat dan menjulurkan tangannya, dengan berkata  bernada penuh pilu..’’petrix………………..!’’

Seketika Edo membalas uluran tangan alyana dan menarik kesebuah ruangan  yang hanya ada mereka berdua. Mereka terdiam sejenak.
‘’Kamu kenapa sich?!’’ Tanya Edo memulai pembicaraan dan setengah penasaran segera ingin tahu kenyataan ini.
‘’Petrix…….. Petrix…….. Petrix…..! katanya penuh tanda Tanya besar.
‘’Kenapa sich?! Ngomong saja sama aku.’’ Kata Edo agak mendesak.
‘’Petrix………. Sekarang terserah kamu mau gimanain aku. Kamu mau marahin spongebob, ejek, uselin, ganggu, lakukan saja sekarang, sepuas kamu.’’ Kata Alyana dengan menundukkan pandangan dengan matanya  yang berkaca-kaca tak kuasa memandang Edo.
“maksud kamu apa sich bob.? Kenapa.? Jelaskan pada petrix” kata edo pura-pura bodoh.
“ha,,,hari ini, hari terakhir aku berangkat sekolah disini”. Kata alyana dan mengeluarkan air mata yang tak terbendung lagi.
“Apa?!” betapa kagetnya edo. Ia tak menyangka akan secepat itu kehilangan sesosok alyana. Hatinya benar-benar hancur tak karuan, namun ia mencoba tenang dan menyeka air mata alyana.

“Sudahlah,,, Pokoknya pesan ku, kamu harus giat belajar, jangan bergaul dengan anak-anak yang gak bener lagi. Oh ya, ini adalah buku akutansiku, bawalah, aku tahu kamu tidak punya kan.?” Agak bercanda alyana.
“Pokoknya aku mau catatan harus lengkap karena aku akan datang kembali suatu saat nanti untuk mengambil buku ini setelah kelas XII nanti dan aku harap kamu harus tetap semangat! Terus maju walau tanpa adanya aku di sisimu, karena yakinlah, kamu di hatiku dan bayangku akan tetap menemani hari-harimu” kata alyana penuh ketulusan.
Edo hanya bisa membisu menerima sebuah kenyataan yang tidak dapat di ulang kembali dan meminta tuhan untuk tidak menjauhkan dia dengan alyana. Namun, ini semua telah suratan takdir.

Esok adalah keberangkatan alyana untuk pergi ke sekolah barunya. Edo begitu bingung, saat dia di kasih tahu bahwa alyana sudah memiliki cowok dan besok dia akan pergi bersamanya karena tak ada yang bisa dilakukan alyana untuk hal yang ini kecuali pasrah. Alyana benar-benar tidak bisa berbuat apa-apa.

Begitu tiba esok itu, edo bingung, menemui kerumahnya apakah tidak. Ia benar-benar sakit. Lalu datang Doni dan teman-teman yang lain untuk mengajak bertemu alyana.
“Ayolah, do, dia menunggumu terus dan menyebut namamu” kata Doni.
“Gimana ya..??” pikir edo.
“udah ! ayo kerumahnya, kasihan alyana, dia menunggumu disana, dia mengharapkan kedatanganmu” paksa Doni.

Akhirnya langkah penuh kepiluan edo omendatangi alyana dan menemaninya dirumah sambil menunggu jemputan cowoknya. Dan di saat cowoknya itu datang, rasanya kedua pemuda itu berat melepas kebersamaan. Namun, itu lah kata dunia kali ini.
Seperti pepatah jawa bilang :  

“Everything will be Happy in the end, if it’s not Happy, it’s not the end.”
Begitu pula cerita ini, belum berakhir kalau belum bahagia, biar mereka sendiri yang menjalaninya. Cerita selanjutnya bisa anda dapatkan di toko-toko bakso terdekat, Hehehehe {^_^}

This Cerpen Created by ;

Cholifatus sa'diyah (Chesy) & Naela Syarifa Hidayah (Ela)

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar