Iyaaa, kalian pasti bingung kenapa gue ksih judul itu,
let me explain why I am using the topic. :)
Cholifatus sa'diyah (Chesy)
& Naela Syarifa Hidayah (Naela) teman gue waktu masih di kelas XI di Aliyah dulu, bisa di bilang akrab banget lah gue dengan mereka dua itu. Hampir setiap hari kalo di kelas gue habisin waktu gue dengan mereka.
Di sini gue cuman mau ngepost hasil karya mereka yang belum pernah terposting di manapun, sebuah cerita tentang anak Madrasah Aliyah HAsyim Asyari, Mungkin agak panjang ceritanya, tp
I will try to post all. semoga kalian enjoy dengan hasil karya kedua teman akrab gue, Check It Out :
Chesy's & Naela's Storie
Dia adalah seorang pembuat onar di sekolah. Tak ada seorangpun yang berani menentang
apa maunya. Bila ada yang berani macam-macam, sudah di habisin olehnya. Ia juga
seorang yang sering bolos, blurut dan sering keluar kelas dengan pelajaran yang
tidak di sukai atau jika tidak mood belajar.
Waktu itu, “Edo kemana?”
Tanya pak Hasan di saat mengabsen muridnya (Kelas). Semua anak menundukkan
pandanganya tak ada satupun yang menjawab pertanyaan itu dan suasana menjadi
hening, 15 detik kemudian ada seorang anak yang berani angkat bicara dia adalah
ketua kelas yaitu munib. “Dia Blurut pak, sejak habis istirahat tadi” katanya
kemudian.
Karena aduan atau kejujuran
dari teman sekelasnya itu, dia mendapatkan hukuman dari guru mata pelajaran
tesebut. Betapa marahnya dia, ia marah membanting kursi di kelasnya dan mencari
tahu siapa yang berani mengadukannya, begitu dia mengetahui siapa orangnya, tak
ada kata maaf lagi, orang itu di ludahin mukanya, di pukulin dia. Sadis
sekali.! Bukan hanya itu, dia juga sering nongkrong di tangga untuk gangguin
temannya yang mau lewat.
Siang itu dia dan genx
beraksi. Ada seorang anak yang cukur gundul . Dia dan teman-temannya
mendatanginya sambil memegang spidol. Lalu memaksa anak itu untuk mau di coret
kepalanya. Bagaimana mungkin menolak rajanya reseh disekolah.
‘’hai…..! teman-teman !!!
Dengerin ……!! ‘’ Teriaknya . Apa bila coretan ini sampai di hapus , maka
semuanya harus memukulinya’’. Anak itu coba menghapusnya dan semua anak
memukulinya. Anak itu benar-benar hanya bisa
pasrah dengan menahan perih dan malu namun tidak dapat berbuat apa-apa
lagi.
Itulah sesosok Edo dan masih banyak hal yang dilakukannya bersama
teman-temannya in the genxnya.
Hingga kenaikan kelas X1. Ada
seorang cewek yang membuat hatinya bergetar. Cewek yang membuatnya penasaran
setengah mati. Cewek yang anggun dan cuek.
Suatu ketika ia menyapa
cewek itu . Namun,ia dicuekin. Ia merasa terhina dan memukul salah satu kepala
temannya yang paling dekat dengan posisinya untuk melampiaskan kemarahannya.
Dan temannya, hanya dapat pasrah dengan kemarahannya. Semenjak itu, dia menjadi
semakin penasaran dan ingin sekali dekat dengan cewek itu. Walau
hanya menjadi sahabat.
Dengan tekad bulatnya, ia
mendatangi kelasnya. Mencari informasi
dari teman cewek itu. Beritanya dan terus mengorek beritanya, tentang seseorang yang anggun, pintar, cantik, baik hati, dan
rupawan.
‘’Alyana itu tidak suka dan
bahkan benci yang namanya orang nakal.paling elergi deket-deket orang nakal. ‘’
kata Ifa.
Kata-kata itu selalu
terngiang di otak dan telinga yang membuatnya pekik, kemudian ia medapatkan
nomer HPnya dari temannya itu. Ia mecoba memulai berkenalan lewat alat
komunikasi (HP), namun no result tak begitu di gubris.
Sembari edo mengurangi
aktifitas kenakalannya, karena ia ingin mendapatkan simpati dan perhatian dari
alyana, namun, apa yang dilakukannya sama sekali tidak membuat alyana simpati
dan edo segera mendatangi teman sekelas alyana
kembali, ia menceritakan kegagalannya.
“Emm… mendingan kamu coba
deketin Doni dech, dia teman alyana waktu di MTS dulu. Kelihatannya mereka
lumayan akrab dengannya”.
Edo mulai kebingungan
karena dia sama sekali tidak mengenal Doni, bagaimana dia bisa mendekatinya? Ia
memutar otak beberapa saat.
“Kira-kira apa yang di
sukai Doni?” Tanya edo kemudian.
“Aku tidak tahu persis sich, tapi dia
ikut ekstrakurikuler volley disekolah”.
Mendengar ucapan kali ini
dari ifa ia bernafas sedikit lega,karena kebetulan ia sangat menyukai volley.
Dengan sedikit agak terpaksa ia mengikuti ekstrakurikuler volley di sekolah MA jepara
hanya untuk lebih dekat dengan Doni dan mengenalnya. Malah karena kelihaiannya
bermain volly, ia menjadi andalan di sekolah dan naik pamor. Namun, ia tak
peduli dengan semua itu, yang ada di fikirinnya adalah bagaimana caranya kenal Doni
dan semoga mendapatkan informasi mengenai alyana.
Dua minggu telah berlalu,
dia berhasil mengenal Doni bahkan akrab. Dari Doni, dia sudah sedikit mengenal
sosok alyana, dan ia pun sedikit demi sedikit mengurangi kenakalannya.
Megurangi blurud, mukul temannya dan mencoba ikut pelajaran seluruhnya walau kadang masih
beleng.
Suatu pagi berangkat sekolah, edo sengaja menunggu kedatangan alyana di dekat
tangga lantai pertama. Begitu alyana lewat, dia membarengi langkahnya sambil
menyapa menggoda. Sampai habis tangga lantai 3,
“Ngapain sich kamu!” kesel
alyana mendorong menjauh dari sisihnya.
Walaupun begitu, edo amat sangat
senang banget menerima perlakuan dari alyana, pokoknya tidak dapat di ungkapkan
dengan kata-kata, karena itu adalah pertama kalinya alyana memegangnya sehingga
menimbulkan sebuah kesemangatan untuk
terus ingin mendekatinya.
Bahkan, sejak kejadian itu,
kalau alyana berjalan keluar, edo memberi jalan layaknya putri raja, memberi
jalan selebar-lebarnya, mengusap tangga yang akan di injak/dilewati alyana dan
jikalau ada anak yang duduk tidak sopan langsung di tegur edo untuk menghormati
datangnya atau lewatnya alyana.
Suatu saat, alyana dan
teman-temannya mendapatkan hukuman dari gurunya karena tidak sengaja melanggar
peraturan. Tiba-tiba datang edo sebagai pahlawan kesiangan.
“Hei, maintain tanda tangan
sich…” minta alyana. Dengan segera, edo memintakan tanda tangan untuk alyana.
Giliran alyana masuk kelas edo untuk meminta tanda tangan . . . “Wah…. Cantik-cantik kok bisa nakal juga ya.”
Sindir edo.
Dan hari demi hari terus
beputar, pendekatan itu belum berakhir . edo mencoba untuk meminjam buku catatan
kepada alyana dan alyana pun meminjaminya.
“katanya kamu benci sama
aku”
“kalau ada teman yang
membutuhkan kenapa tidak di bantu” kata alyana.
“oh, berarti aku udah jadi
teman kamu donk” celetuk edo.
Alyana tak menjawab, dia
langsung berpaling langsung pergi dan betapa senangnya dapat
mendengar dan
ngobrol dengan alyana walau sekejap,rasanya telah menyejukkan kerongkongan
hatinya.
Istirahat itu, edo
mendatangi kelas alyana sambil CPCP (curi pandang curi perhatian).
“Ih,,, teman kamu, udah besar kok kayak anak kecil sich, suka pakai kaos
kotak-kotak kayak SPONGEBOB” sindir edo.
“Kamu
di katain spongebob tu Al” adu ifa.
“Aku spongebob, dia petrix!” ceplos alyana dengan gaya cueknya.
Semenjak
itu, merekapun memanggil dengan julukan masing-masing, bahkan tak jarang edo
masuk kelas alyana untuk menggambar spongebob di papan tulis, begitu edo keluar
alyana menghapus gambar itu, awalnya emang di biarin, lama kelamaan dia turut
menghapus di kala edo keluar kelas. Begitu
masuk kelas, edo dalam keadaan di depan papan tulis atau di depan gambar yang
telah terhapus. Ia menggambar kembali, karena alyana kehabisan kesabaran,
setiap edo mulai menorehkan tinta langsung di hapus alyana, karena kelamaan
seperti itu akhirnya alyana pasrah, membiarkan edo mengusilin dia dan edo pun
ikut emosi.
“Kenapa sich al, kamu masih
tidak mau berteman denganku! Aku sudah berusaha mengurangi dikit demi sedikit
sifat buruk ku selama ini, kurang apa?”
“Aku sudah bilangkan? Dan
kamu sudah tahu, kalau aku tidak suka sama anak nakal“ ketus alyana dan berlalu
meninggalkan edo.
Di saat edo sedang
enak-enak duduk di kantin, datang khusen mantan kekasih alyana.
“Hay bro” sapa husen.
“Hai”
“Em,,, aku tidak mau
berbelit-belit, langsung saja aku mau ngomong sama kamu, aku lihat akhir-akhir
ini kamu sering gangguin alyana, aku mohon, kamu jauhin alyana, dia itu cewek
baik-baik aku tidak akan rela jika kamu merusaknya” kata husen to the point.
“kamu tenang saja, aku
tidak akan merusaknya apalagi menyakitinya. OK” santai edo.
Perjuangan edo tak akan
berhenti hanya gertakan seorang khusen dan kecuekkan alyana.
Tak semu, edo menggambar
spongebob di kelas alyana, ia menggambar sampai papan tulis itu penuh, lalu ia
mendekati alyana,
“Gambar, itu . . . kamu.
Besar banget”. Ejek/goda edo.
“kurang besar” ucap alyana.
“Oh my God! Perlukah aku
menggambar sebesar lapangan basket?” emosi edo.
“ya, kalau perlu, coba aja”
jutek alyana.
Edo menanggapi apa yang apa
yang di omongkan oleh alyana. Dengan tekad bulatnya, sore itu, mereka (Edo dan
3 temannya Rian, Aris dan Doni) mendatangi sekolahan dengan memohon kepada
penjaga sekolah untuk di izinkan masuk dan mereka diberi dua jam untuk
melakukan aktivitasnya itu. Lalu ia
mulai mengerjakan dengan semangat, kekompakan akhirnya jadi setengah badan,
mereka mencoba mengecek hasil gambarannya itu sudah pas atau belum. Edo dan salah satu temannya berlari
dari lantai 1 ke lantai 3 untuk melihatnya. Begitu di lihat masih kelihatan ada
bagian yang kurang tegak dan pas, mereka turun dan memperbaikinya, hingga
akhirnya mendekati sempurna. Mereka melihat dari lantai 3 lagi. Lalu penjaga
sekolah telah memberikan peringatan untuk segera menyudahi karena gerbang akan
di tutup. Lalu mereka segera
menyudahi, walau capek, letih, lemas tak di hiraukan mereka.
Karena kebetulan lapangan
basket Madrasah Aliyah di
antara kelas-kelas atau ruangan-ruangan kelas, pagi itu, hampir semua siswanya
lari ke blangkon untuk menatap satu pandangan yaitu pada sebuah gambar
spongebob raksasa di tengah-tengah lapangan basket. Diantara ketakjubpan teman-teman
yang sibuk saling berdesakan untuk melihat gambar itu, edo mendatangi alyana,
“Bagaimana, kurang besar
lagi?” bisik edo kepada alyana.
“Kenapa, kurang” alyana
terhenti.
“Masihkah aku tidak boleh
berteman denganmu?” Tanya edo penuh harap, alyana terdiam.
“sudah Al, apa salahnya
sich kamu menerima dia jadi teman, dia kan sudah menunjukkan keseriusannya”
bujuk ifa.
Dan dari kejadian itu,
mereka agak dekat. Alyana sedikit membuka waktunya untuk berteman dengan edo.
Bahkan tak jarang sering mengisi waktu belajar bareng. Alyana juga sering
mengingatkan edo, bahwa dia tidak boleh lagi bergaul dengan teman-teman yang
mengajaknya bikin onar (Nakal), tidak blurut, meninggalkan pelajaran sekolah
apalagi sampai bolos.
“kamu boleh kok tidak
belajar, namun setidaknya dari beberapa mata pelajaran di Madrasah Aliyah ini
harus ada satu yang kamu kuasai” nasehat alyana.
Edo benar-benar semangat
berangkat sekolah, bahkan saat matahari mulai tenggelam ia tak sabar menanti
sang pagi datang kembali. Dan sedikit demi sedikitpun timbul rasa giat belajar,
bahkan ia lebih berhati-hati untuk melakukan sesuatu karena takutnya alyana
akan benci dan menjauh kepadanya. Intinya, ia akan melakukan apa saja untuk
membuat alyana bahagia.
Jam kosong waktu itu . . .
“Kita cabut yox do” ajak
Zaky.
“ah, lagi males nich” kata
edo.
“Kamu sekarang gak seru
coy” kata dzofar.
“Cuma
gara-gara tu cewek ! kamu lupa sama kenakalan kita lagi” sahut Zaky.
“Emang apa sich
keistemewaan tu cewek” Geram dzofar.
‘’Santai brow,,, Ada saatnya kita beling namun kali ini aku
bener-bener males” tenang Edo.
‘’Bener nich, enggak mau? Kamu
tidak mau ikut turnamen vollly? Hari ini kan ada melawan desa seberang.’’ Coba
bujuk zaky.
Edo berfikir sejenak ….. kedua
temannya menunggu dengan penuh harap.
‘’…oh kayaknya aku harus…’’
ketika berhenti temannya semakin
penasaran.
’’ Harus tetap disekolah
dech brow.’’ Katanya dan merangkul
pundak kedua temannya itu. Dengan penuh kecewa akhirnya kedua temannya
pergi sendiri tanpa Edo. Dan semua gara-gara cewex!
Malam
itu, Edo menghubungi alyana. Karena
rasa kangen dan ingin mendengarkan suaranya.
‘’Hallo. Lagi ngapain?’’
‘’ya, biasalah petrix,,,,,
belajar sana lho biar pinter dikit.’’ Kata Alyana dengan nada bercanda dalam
penuh arti kebaikan.
‘’Ya…. Hehehe’’ ketawa
kecil Edo. Lalu Edo dibiarkan Alyana.
Alyana menghafalkan AQOID
50 untuk persiapan pelajaran besok pagi.
‘’Kamu sedang hafalan?’’
Tanya Edo
‘’iya.. kamu udah hafal?
Mau aku semak?’’ kata Alyana.
Edo bingung setengah mati.
Dia sama sekali tidak hafal bahkan buka pun tidak pernah.
Namun, karena dia tidak mau
malu dengan Alyana. Pura-pura ia menghafal
padahal kenyataannya dia membaca
tulisan Aqoid 50 dibukunya. Begitu sampai dipertengahan, dia pura-pura lupa dan tidak
hafal lagi. Dan setelah itu pembicaraan merekapun disudahi karena Alyana ingin konsen belajar dan Edo
ngertiin itu.
Siang itu, Alyana terlihat
murung. Serasa memikirkan masalah yang berat . Wajah yang biasanya berseri,
terlihat murung hari ini. Edo mendatanginya dan bertanya kepadanya.
‘’spongebob! Nglamunin
petrix ya..’’ sapanya sembari bercanda.
‘’Petrix! Ngagetin aja dech…..’’ kata Alyana.
‘’Spongebob ada masalah?’’
Tanya Edo.
‘’Em … iya. Entar habis
istirahatkan pelajaran MTK Bab Limit aku benar-benar gak paham.’’ Bingung
Alyana.
‘’ Oh…. Itu tho! Enggak
usah bingung. Kan ada petrix. Bagian mana? Coba dech kasih sini bukunya.’’ Kata
Edo dan mengajari Alyana dengan
jelas-jelasnya.
Alyana benar-benar cewek
yang dapat merubah dan menaklukan keegoisan,kekerasan Edo. Membuatnya lebih
baik dan baik. Perlahan terus hari demi hari, Edo semakin menjinak.Tak
terdengar lagi Edo si raja pembuat onar dan preman sekolah. Disaat-saat itu,
tiba-tiba … terdengar berita bahwa Alyana akan pindah sekolah ke Banjaragung MA
Matholiul Ulum. Edo mendengar gosip tak
jelas itu syok, namun tak begitu menggubrisnya.
Pagi ini, saat betapa
semangatnya Edo berangkat sekolah dan sampai kelas. Ada salah satu temannya
yang sedang memberi tahu temannya yang
lain bahwa Alyana hari ini adalah hari terakhirnya berangkat sekolah. Betapa kagetnya saat Edo
mendengarnya. Hatinya berdetak, kesemangatannnya sedikit memudar.
‘’Ah…! Paling juga cuman
gosip!’’ buang jauh perkataan temannya itu dikepala Edo.
Begitu pulang sekolah, Edo
menunggu kedatangan Alyana yang akan melewati depan kelasnya. Edo
menunggu dipintu kelas. Begitu beberapa menit
kemudian Alyana muncul dengan wajah kusut,seakan menyimpan banyak misteri
namun tertutup oleh senyuman manisnya. Entah kenapa hati Edo pun berdetak kencang
melihat langkah Alyna yang semakin
mendekat. Tak seperti biasanya, ALyana mendekat dan menjulurkan tangannya,
dengan berkata bernada penuh
pilu..’’petrix………………..!’’
Seketika Edo membalas uluran
tangan alyana dan menarik kesebuah ruangan
yang hanya ada mereka berdua. Mereka terdiam sejenak.
‘’Kamu kenapa sich?!’’
Tanya Edo memulai pembicaraan dan setengah penasaran segera ingin tahu
kenyataan ini.
‘’Petrix……..
Petrix…….. Petrix…..! katanya penuh tanda Tanya besar.
‘’Kenapa sich?! Ngomong
saja sama aku.’’ Kata Edo agak mendesak.
‘’Petrix………. Sekarang terserah kamu mau gimanain
aku. Kamu mau marahin spongebob, ejek, uselin, ganggu, lakukan saja sekarang,
sepuas kamu.’’ Kata Alyana dengan menundukkan
pandangan dengan matanya yang berkaca-kaca
tak kuasa memandang Edo.
“maksud kamu apa sich bob.?
Kenapa.? Jelaskan pada petrix” kata edo pura-pura bodoh.
“ha,,,hari
ini, hari terakhir aku berangkat sekolah disini”. Kata alyana dan mengeluarkan air mata yang tak terbendung lagi.
“Apa?!” betapa kagetnya
edo. Ia tak menyangka akan secepat itu kehilangan sesosok alyana. Hatinya
benar-benar hancur tak karuan, namun ia mencoba tenang dan menyeka air mata
alyana.
“Sudahlah,,, Pokoknya pesan ku, kamu
harus giat belajar, jangan bergaul dengan anak-anak yang gak bener lagi. Oh ya,
ini adalah buku akutansiku, bawalah, aku tahu kamu tidak punya kan.?” Agak
bercanda alyana.
“Pokoknya aku mau catatan
harus lengkap karena aku akan datang kembali suatu saat nanti untuk mengambil
buku ini setelah kelas XII nanti dan aku harap kamu harus tetap semangat! Terus
maju walau tanpa adanya aku di sisimu, karena yakinlah, kamu di hatiku dan
bayangku akan tetap menemani hari-harimu” kata alyana penuh ketulusan.
Edo hanya bisa membisu
menerima sebuah kenyataan yang tidak dapat di ulang kembali dan meminta tuhan
untuk tidak menjauhkan dia dengan alyana. Namun, ini semua telah suratan
takdir.
Esok adalah keberangkatan
alyana untuk pergi ke sekolah barunya. Edo begitu bingung, saat dia di kasih
tahu bahwa alyana sudah memiliki cowok dan besok dia akan pergi bersamanya
karena tak ada yang bisa dilakukan alyana untuk hal yang ini kecuali pasrah.
Alyana benar-benar tidak bisa berbuat apa-apa.
Begitu tiba esok itu, edo
bingung, menemui kerumahnya apakah tidak. Ia benar-benar sakit. Lalu datang Doni
dan teman-teman yang lain untuk mengajak bertemu alyana.
“Ayolah, do, dia menunggumu
terus dan menyebut namamu” kata Doni.
“Gimana ya..??” pikir edo.
“udah ! ayo kerumahnya,
kasihan alyana, dia menunggumu disana, dia mengharapkan kedatanganmu” paksa Doni.
Akhirnya langkah penuh
kepiluan edo omendatangi alyana dan menemaninya dirumah sambil menunggu
jemputan cowoknya. Dan di saat cowoknya itu datang, rasanya kedua pemuda itu
berat melepas kebersamaan. Namun, itu lah kata dunia kali ini.
Seperti
pepatah jawa bilang :
“Everything
will be Happy in the end, if it’s not Happy, it’s not the end.”
Begitu pula cerita ini,
belum berakhir kalau belum bahagia, biar mereka sendiri yang menjalaninya.
Cerita selanjutnya bisa anda dapatkan di toko-toko bakso terdekat, Hehehehe
{^_^}
This Cerpen Created by ;
Cholifatus sa'diyah (Chesy) & Naela Syarifa Hidayah (Ela)